TAHAPAN DESAIN STRUKTUR PONDASI

Pada umumnya terdapat beberapa langkah yang perlu diambil dalam proses desain struktur pondasi.Adapun langkah-langkah tersebut meliputi:

Beban yang harus dipikul oleh struktur pondasi pada umumnya adalah dari hasil analisis struktur atas yang telah terlebih dahulu dilakukan. Untuk struktur yang sedehana, seorang ahli teknik dapat melakukan estimasi awal tentang besarnya beban rencana yang harus dipikul oleh pondasi.

Analisa Tanah

Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur dapat berupa berat sendiri struktur tersebut (beban mati), penggunaan atau fungsi dari struktur (beban hidup). Tidak menutup kemungkinan adanya beban lain seperti angin, beban gempa, tekanan tanah maupun gaya tekan keatas.

Beban mati pada dasarnya timbul akibat berat dari material yang membentuk struktur dan bekerja secara permanen  selama umur bangunan tersebut. Beban hidup timbul akibat berat orang sebagai penghuni maupun peralatan sebagai akibat dari fungsi atau kegunaan bangunan tersebut.

  • Penyelidikan Tanah

Salah satu parameter penting dalam proses perencanaan suatu elemen pondasi adalah daya dukung tanah serta lokasi kedalaman tanah keras. Jika kita mengetahui seberapa besar daya dukung tanah, maka dapat dihitung besar kapasitas pondasi yang akan ditentukan. Sedangkan letak kedalaman tanah keras memegang peranan penting akan pemilihan jenis pondasi. Apakah akan menggunakan pondasi dalam atau pondasi dangkal.

Tahapan desain struktur pondasi

Salah satu jenis penyelidikan tanah di lapangan yang sangat sering digunakan adalah standar penetration test (SPT). Hasil uji SPT  merupakan nilai yang mengindikasikan seberapa besar kekakuan tanah.

  • Pemilihan Jenis Pondasi

Berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari penyelidikan tanah maka dapat di pilih jenis pondasi yang memungkinkan dapat di gunakan. Pemilihan jenis pondasi, harus mempertimbangkan biaya kontruksi, kekuatan pondasi dan kemudahan dalam pelaksanaannya. Suatu pemilihan jenis pondasi dapat dikatakan optimal apabila dapat dikerjakan  dengan mudah dan biaya kontruksi yang minimal.

Disamping faktor teknis, terkadang muncul juga faktor-faktor non teknis yang cukup memegang peran penting dalam penentuan jenis pondasi. Sebagai contoh apabila lokasi proyek dekat dengan pabrik tiang pancang maka kemungkinan biaya kontruksi pondasinya dapat diminimalkan. Bisa jadi tiang pancang tidak dapat digunakan apabila lokasi proyek tidak dapat dijangkau oleh alat-alat berat. Namun harus tetap mengutamakan tingkat keamanan struktur dari pada sisi ekonomisnya. Terlebih pada sebuah struktur pondasi yang butuh tingkat keamanan yang tinggi.

Faktor lingkungan terkadang cukup mempengaruhi dalam pemilihan jenis pondasi. Seorang perencana struktur pondasi tidak dapat memaksakan penggunaan pondasi tiang pancang didaerah padat penduduk. Faktor getaran dan kebisingan yang terjadi pada saat proses pemancangan terkadang menimbulkan keberatan dari masyarakat sekitar lokasi proyek. Bila demikian alternative pondasi dalam yang lain dapat ditempuh dengan menggunakan pondasi tiang bor.

Salah satu hal yang cukup penting dalam perencanaan struktur pondasi adalah perhatian terhadap struktur-struktur yang bersebelahan dengan lokasi proyek. Hendaknya pondasi yang akan dilaksanakan tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi milik tetangga.

  • Penentuan Dimensi Pondasi

Dalam tahap penentuan dimensi pondasi meliputi kedalaman dasar pondasi, daya dukung pondasi hingga ukuran penampang. Apabila kedalaman dasar pondasi telah ditentukan,maka selanjutnya ukuran pondasi harus dihitung untuk memikul beban rencana yang akan disalurkan oleh struktur atas.

Untuk sebuah pondasi telapak beton bertulang maka dimensi yang diperlukan adalah ukuran panjang dan lebar serta ketebalan plat pondasinya. Disamping itu juga perlu diperhatikan jumlah pembesian yang diperlukan. Sedangkan untuk pondasi tiang pancang perlu diperhitungkan dimensi penampang tiang, panjang tiang, jumlah tiang pancang dalam satu pile cap.

  • Tahap Konstruksi

Tahap kostruksi merupakan tahap pelaksanaan semua ide maupun perancanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tahap ini diperlukan proses pengawasan yang baik guna mendapatkan suatu system struktur pondasi. Agar srtuktur pondasi dapat berkinerja dengan baik pada saat memikul beban dari struktur atas.

Berbagai macam pengujian dilakukan dilapangan guna untuk menjamin kinerja dari setiap elemen pondasi. Untuk pondasi  dangkal beton bertulang yang di cor ditempat, perlu dilakukan kotrol terhadap mutu beton. Tingkat kelecakan adukan beton dapat dikontrol dengan melakukan test slump. Untuk mendapatkan kinerja yang sesungguhnya dari suatu elemen pondasi maka terkadang dapat dilakukan uji beban. Beban diberikan pada suatu elemen pondasi dan dilakukan pengukuran perpindahan vertical dari titik pondasi tersebut. Hasil yang diperoleh dari uji beban berupa grafik antara beban dan perpindahan yang terjadi. Suatu elemen pondasi dapat diterima apabila dapat memikul beban rencana tanpa mengalami perpindahan yang besar.

Jenis uji beban lain untuk pondasi dalam yang berkembang adalah dengan menggunakan pengujian dinamis metode PDA ( Pile Driving Analysis). Pengujian ini dilakukan menggunakan dua pasang sensor yang terdiri dari pengukur regangan dan pengukur percepatan yang dipasang didekat kepala tiang sehingga ada jarak bebas pada saat terjadi penumpukan antara kepala tiang dengan hammer. Akibat tumbukan pada kepala tiang, sensor akan menangkap gerakan yang timbul dan mengubahnya menjadi sinar listrik. Selanjutnya ditangkap dan di rekap oleh Pile Driving Analyzer.